Ketika kita melihat Cahaya dalamTafakur, tidak disarankan untuk menceritakannya kemana-mana. Ada tatakrama dalam bercerita soal ini, tidak seperti anak-anak TK yang boleh menceritakan apa saja yang mereka lihat.
Di dunia Cahaya-pun juga banyak sekali Cahaya yang "palsu". Ciri-ciri Cahaya yang kita lihat "palsu" adalah, pengalaman melihat Cahaya dalam Tafakur membuat kita menjadi bercerita kemana-mana, menjadi bahan memperkuat ego, membuat kita menjadi angkuh dan congkak.
Sedangkan ciri-ciri Cahaya yang kita lihat asli adalah, pengalaman melihat Cahaya dalam Tafakur membuat kita diam tidak bercerita kemana-mana, menjadi bahan untuk semakin rendah hati, membuat kita menjadi penuh belas kasih dan kebaikan. Kalaupun harus menceritakannya, rahasianya dibuka dengan bahasa puitis yang halus. Seperti Kabir dalam puisinya : “Cahaya itu hanya muncul beberapa detik, tapi merubah saya menjadi seorang pelayan untuk selama-lamanya”.
Ketika kita melihat Cahaya dalam Tafakur, yang disarankan adalah menggunakan Cahaya yang ada di alam sebagai pantulan dari Cahaya sesungguhnya yang ada di dalam diri. Kita ada disini tidak untuk mencari Cahaya diluar, tapi untuk memancarkan Cahaya dan berbagi Cahaya di dalam diri.
Ketika kita dapat mengenali selapis demi selapis tubuh kita sebagai manusia, melalui ketekunan Tafakur dan melaksanakan ibadah syariat, disana kita akan mengerti bahwa tubuh manusia adalah tubuh yang sangat bercahaya di alam ini. Itu sebabnya semua Kekasih Tuhan mengalami pencerahan ketika mengenakan tubuh manusia. Cahaya Sejati di dalam diri tersembunyi dalam keheningan, Cahaya Rahmah dan kebaikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar