"Sesungguhnya seorang mukmin bila berbuat dosa, maka akan (timbul) satu titik noda hitam di Qalbunya. Jika ia bertaubat, meninggalkan (perbuatan tersebut) dan memohon keampunan (kepada Allah), maka Qalbunya kembali bersih. Tetapi bila menambah (perbuatan dosa), maka bertambahlah noda hitam tersebut sampai memenuhi Qalbunya. Maka itulah Ar Ra’an (penutup hati) yang telah disebutkan Allah dalam firman-Nya yang bermaksud: “Sekali2 tidak (demikian), sebenarnya apa yg selalu mereka usahakan itu menutup Qalbu mereka” Q.S Al Muthaffifin : 14”. (HR Ibnu Majah No: 4244)
Qalbu manusia itu seperti kaca cermin. Dan setiap kali manusia melakukan dosa, maka sama dengan menggoreskan satu titik hitam (NUKTHOTUN SAUDA-UN) ke cermin Qalbu. Bila melakukan dua kali dosa berarti menggoreskan dua titik hitam, bila tiga kali dosa, berarti tiga titik hitam, demikian seterusnya. Jadi dosa-dosa itu bisa merubah Qalbu manusia, tapi tidak merubah jasmani manusia. Meskipun manusia itu dosanya banyak, tetap tidak akan merubah jasmaninya, jika tampan, tetap tampan. Jika cantik, tetap cantik. Adapun yang berubah itu adalah Qalbunya, bila semakin banyak berdosa maka Qalbunya akan semakin hitam dan lambat laun akhirnya menjadi gelap.
Jadi Qalbu manusia itu asalnya putih, tapi oleh karena terkena dosa dari Panca indera (mata, telinga, lisan, tangan dan kaki) akhirnya terkumpullah titik-titik hitam di cermin Qalbu, sehingga Qalbu menjadi hitam dan gelap. Jika Qalbunya menjadi hitam dan gelap, maka makin lama Qalbunya akan menjadi keras seperti batu, maka kita diwajibkan untuk ”mengecupnya” kembali agar menjadi putih bersih.
Fahiya kal hijaaroti au asyaddu qoswah
“Maka dia (qalbunya) seperti batu atau lebih keras (dari batu)”.
Batu bahasa Arabnya Hajar. Hitam bahasa Arabnya Aswad. Bila digabung jadilah Hajar Aswad.
Tapi umumnya yang dikecup oleh umat Islam hanya Hajar Aswad yang berada Timur Tengah saja, sedangkan Qalbunya sendiri (Hajar Aswad-nya) tidak pernah dikecup. Seharusnya Hajar Aswad-nya yang ada di dalam diri itu dikecup, dengan cara masuk ke dalam dengan mengitari 7 lobang lingkaran inderawi yang bermuara di Qalbu, lalu sesudah itu temui Sang Maha Cahaya, supaya Qalbu kita menjadi bersih, ber-Cahaya.
Hajar Aswad itu sendiri dahulunya adalah Hajar Abyad (batu putih) dan berasal dari Jannah, yang diturunkan bersama dengan Nabi Adam As. Kemudian lambat laun batu yang asalnya putih itu berubah menjadi batu hitam dikarenakan terkena dosa-dosanya manusia.
Rasulullah SAW bersabda, “Hajar Aswad itu diturunkan dari surga, warnanya lebih putih daripada susu, dan dosa-dosa anak cucu Adamlah yang menjadikannya hitam. ( Jami al-Tirmidzi al-Hajj (877) )
Jadi, hakekat dari Hajar Aswad (Black Stone) adalah "Misykatin fiiha Mishbah" yang terdapat dalam Qalbu, yang harus di "kecup" oleh para tamu Allah, agar ia dapat bertemu dengan Allah di dalam "Baitullah". Tapi ingat, sesama tamu Allah tidak usah berebut dan saling sikut-sikutan ya, dalam "mengecup" Hajar Aswad.
Supaya nggak sikut-sikutan, jaga jarak aman dengan orang yang ada di kanan dan di kiri kita.
Sebaiknya kalau bisa, yang di depan dan belakang kita adalah orang yang sudah berpengalaman dalam mengecup "Hajar Aswad" dan sudah mempunyai jam terbang yang tinggi, sehingga kita dapat dibantu untuk mendekat dan mengecup "Hajar Aswad" lebih dalam lagi.
Subhanallah.....
BalasHapusCoba lbh real lagi, sy agak bingung dengan penjabaran ini yg makin kabur
BalasHapus