Hakikat hukum kausalitas adalah hukum keadilan yang menuntut balasan “mata untuk mata, gigi untuk gigi”. Kata kunci dalam hukum kausalitas adalah “ apapun yang orang tanam, itu pula yang akan dipetik”. Pemahaman tentang penderitaan dan hukuman di dunia sebagai balasan perbuatan buruknya di masa lalu atau kebahagiaan dan kegembiraan di dunia sebagai ganjaran amalan baiknya dimasa lalu, belum begitu dikenal oleh umat Islam, padahal dalam Al Qur’an banyak ayat yang mengisyaratkan adanya hukum kausalitas di dunia ini :
“ Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kemampuannya, ia mendapat keuntungan dari apa yang telah diusahakannya dan mendapatkan kerugian dari apa yang dikerjakannya pula”. ( QS Al Baqarah 2 : 286)
“Bencana apapun yang menimpa dirimu semata-mata berasal dari dirimu sendiri”. (QS An Nisa 4 : 79)
“Apapun musibah yang menimpamu adalah disebabkan oleh tanganmu sendiri”. (QS 42 : 30)
“Allah tidak berbuat zalim kepada manusia sedikitpun, akan tetapi manusialah yang berbuat zalim kepada diri mereka sendiri”. (QS 10 : 44)
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, maka Allah membuat mereka merasakan sebagian akibat perbuatan mereka, supaya mereka kembali”. (QS 30 : 41)
Berdasarkan ayat diatas, kita bisa melihat apa yang kita alami di dunia saat ini bukan semata-mata takdir yang tak berkompromi dengan kita, tetapi merupakan akibat perbuatan kita sendiri yang tak bisa dihindarkan. Perbuatan itu hanya bisa dilacak dalam kehidupan manusia sebelumnya. Seseorang yang lahir ke dunia adalah membawa nasib yang melingkar di lehernya. Nasib manusia tidak lain adalah setumpuk utang yang harus dilunasi dengan cara mengangsur dalam jumlah besar atau kecil sesuai dengan kemampuannya. Dengan begitu, ia bisa mengurangi penderitaannya tanpa harus menyesali diri. Atau, untuk menikmati buah kebajikannya di masa lalu tanpa harus besar kepalanya dan jumawa.
Untuk mengakhiri suka duka dalam menjalani hidup ini, hanya ada satu cara, yaitu agar kita dapat mencapai kematian dalam Dinul Islam,
“Sesungguhnya Din di sisi Allah adalah Islam” (QS 3 : 9)
“Barang siapa yang mencari Din selain Islam, ia nanti di akhirat akan rugi”.(QS 3 : 85)
“ Ya Allah ya Tuhan kami limpahkanlah kesabaran kepada kami dan akhirilah hidup kami ini sebagai muslim”. (QS 7 : 125)
“Ambillah nyawaku sebagai seorang muslim”. (QS 12 : 101)
Islam adalah kata serapan dari bahasa Arab yang artinya menyerah, damai dan yang telah lunas utangnya. Jadi orang muslim adalah orang yang telah mengalami kebebasan kedamaian dan kepasrahan di sisi Allah karena telah melunasi utang karmanya.
“ Kamu akan bebas dari kewajiban di kota ini”. (QS 90 : 2)
“ Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kemampuannya, ia mendapat keuntungan dari apa yang telah diusahakannya dan mendapatkan kerugian dari apa yang dikerjakannya pula”. ( QS Al Baqarah 2 : 286)
“Bencana apapun yang menimpa dirimu semata-mata berasal dari dirimu sendiri”. (QS An Nisa 4 : 79)
“Apapun musibah yang menimpamu adalah disebabkan oleh tanganmu sendiri”. (QS 42 : 30)
“Allah tidak berbuat zalim kepada manusia sedikitpun, akan tetapi manusialah yang berbuat zalim kepada diri mereka sendiri”. (QS 10 : 44)
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, maka Allah membuat mereka merasakan sebagian akibat perbuatan mereka, supaya mereka kembali”. (QS 30 : 41)
Berdasarkan ayat diatas, kita bisa melihat apa yang kita alami di dunia saat ini bukan semata-mata takdir yang tak berkompromi dengan kita, tetapi merupakan akibat perbuatan kita sendiri yang tak bisa dihindarkan. Perbuatan itu hanya bisa dilacak dalam kehidupan manusia sebelumnya. Seseorang yang lahir ke dunia adalah membawa nasib yang melingkar di lehernya. Nasib manusia tidak lain adalah setumpuk utang yang harus dilunasi dengan cara mengangsur dalam jumlah besar atau kecil sesuai dengan kemampuannya. Dengan begitu, ia bisa mengurangi penderitaannya tanpa harus menyesali diri. Atau, untuk menikmati buah kebajikannya di masa lalu tanpa harus besar kepalanya dan jumawa.
Untuk mengakhiri suka duka dalam menjalani hidup ini, hanya ada satu cara, yaitu agar kita dapat mencapai kematian dalam Dinul Islam,
“Sesungguhnya Din di sisi Allah adalah Islam” (QS 3 : 9)
“Barang siapa yang mencari Din selain Islam, ia nanti di akhirat akan rugi”.(QS 3 : 85)
“ Ya Allah ya Tuhan kami limpahkanlah kesabaran kepada kami dan akhirilah hidup kami ini sebagai muslim”. (QS 7 : 125)
“Ambillah nyawaku sebagai seorang muslim”. (QS 12 : 101)
Islam adalah kata serapan dari bahasa Arab yang artinya menyerah, damai dan yang telah lunas utangnya. Jadi orang muslim adalah orang yang telah mengalami kebebasan kedamaian dan kepasrahan di sisi Allah karena telah melunasi utang karmanya.
“ Kamu akan bebas dari kewajiban di kota ini”. (QS 90 : 2)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar