KESATUAN JALAN PENCERAHAN PARA NABI
Apa yang telah disaksikankan oleh para Nabi, Rasul, Pewaris Nabi, Para Suci, ketika mereka melaksanakan prosesi Liqa” Allah (Menemui Allah), sering diinformasikan dengan kata simbol “Cahaya”, “Bintang”, “Bulan”, “Matahari”, “Kilat”, “Air”, “Pohon”, “Awan”, “Burung”, “Mana dan Salwa”, “Mutiara”, “Buah-buahan”, “Gelang Emas”, “Bejana perak”, dan lain sebagainya, yang semuanya itu kadang menimbulkan salah tafsir bagi para siapa saja yang mendengar atau membacanya berita tersebut. Tetapi, bagi orang-orang yang sudah membuktikan atau menyaksikan apa yang telah dikisahkan atau ditulis dalam Kitab Suci, yang berkaitan dengan pengalaman mati syahid ketika menemui atau menjumpai Tuhannya, istilah-istilah seperti : cahaya, air, mutiara, matahari, gunung, kilat, awan, ma’na, salwa dan lain sebagainya, sangat mudah dipahami dengan jelas dan terang, karena mereka sudah membuktikannya.
Perjalanan para Nabi, Rasul, Pewaris Nabi, para Suci dalam menjalani prosesi Liqa’ Allah dengan metode Mati Syahid, selalu dikisahkan dengan cerita yang sarat dengan symbol-simbol yang hanya dapat dimengerti oleh orang-orang yang juga telah mengalaminya saja. Oleh sebab itu diperlukan bimbingan dari orang yang mengerti, apabila kita ingin mempelajari kisah-kisah tersebut.
Di bawah ini akan kita coba membahas kisah perjalanan Para Nabi, Pelaku prosesi Liqa’ Allah dengan metode Mati Syahid yang tercatat dalam Kitab-kitab Suci maupun sejarah kehidupan umat manusia, antara lain :
PROSESI MATI SYAHID YANG DILAKUKAN LAO TSE (600 SM)
Lao Tse dikenal oleh masyarakat dunia sebagai pendiri Agama Tao Kauw, aliran agama kuno di negeri Cina, yang lahir 600 SM sebelum agama-agama lain lahir dan menyebar di seluruh dunia. Ajarannya tentang prosesi mati syahid, secara simbolis diungkapkan dalam Kitab Tao Tse Ching antara lain berupa syair :
PINTU RAHASIA
Seluruh alam mempunyai asalnya
Yang dapat dianggap sebagai ibunya,
Siapa yang mengenal ibunya
Akan mengenal anaknya juga,
Siapa yang mengenal anaknya
dengan terus menjaga ibunya.
Sampai pada ajalnya
takkan masuk bahaya.
Sumbatlah lubangmu
Tutuplah pintumu
Sampai pada wafat
kamu takkan menderita
Bukalah lubangmu,
Desaklah nafasmu
Sampai pada wafat
kamu takkan berhasil
Dapat milihat barang lembut disebut : awas, dapat menjaga kelemahan disebut : kuat
Siapa yang menggunakan sinarnya,
Tetapi menyembunyikan apinya,
Inilah yang disebut : “Menutupi Rahasianya”
YANG TIDAK ADA
Tiga puluh ruas jari-jari
Bertemu di satu pusat
Yang tidak ada
di sana membuat roda berguna.
Tanah liat dibentuk
Yang tidak ada,
di sana membuat wadah berguna.
Pintu dan jendela ditutup
untuk membentuk ruangan
Yang tidak ada,
di sana membuat ruangan berguna.
Karena itu, ambillah manfaat dari apa yang ada,
dengan menggunakan
Yang tidak Ada.
PROSESI MENEMUI SANG MAHA PENCIPTA ARISTOTELES, SOCRATES, PLATO, PHYTAGORAS, ALEXANDER DE GROOTS DAN ARCHIMIDES ( 400 SM)
Berdasarkan buku sejarah karangan Harold Lamb, dalam bab ke XVI , halaman ke 2001, telah dikisahkan bahwa apabila mereka melakukan prosesi bertemu dengan Sang maha Pencipta selalu dilaksanakan dalam sebuah ruangan yang jendela dan pintunya terkunci rapat serta dijaga ketat oleh para pengawal atau para pengikutnya. Sedangkan Archimides dikisahkan mendapatkan pengalaman Mati Syahid setelah menenggalamkan dirinya ke sebuah bak mandi yang berisi air, sehingga dari peristiwa itulah ia membuat suatu teori yang di namakan Teori Archimides.
PROSESI PENCERAHAN ROHANI DALAM AGAMA HINDU
Dalam Ajaran agama Hindu terdapat ajaran tentang penyucian Jiwa dengan cara menenggelamkan diri beramai-ramai kedalam sungai Gangga di India, hal itu dilakukan untuk mendapatkan pengalaman bertemu dengan Sang Maha Pencipta. Dalam ajaran Yoga Kuno terdapat suatu tehnik meditasi yang bersifat sangat rahasia yaitu yang di sebut dengan istilah “Yoni Mudra”. Prosesi meditasi “Yoni Mudra“ bertujuan untuk menyaksikan Cahaya Nirwana yang diawali dengan mematikan seluruh Indra Jasmani. Secara simbolis ajaran tersebut diungkapkan oleh Ahli Yoga yang bernama Amar Das dalam sebuah syair seperti yang tercantum dibawah ini :
PINTU KESEPULUH
Secara tak terkendali
pikiran terus-menerus berkelama ke dunia ilusi,
Ia tidak menetap di rumahnya yaitu Pusat Mata.
Hentikan pikiran yang berkelana keluar
melalui Sembilan Pintu,
Dan bukalah Pintu Kesepuluh
yang akan membawamu ke Rumah Sejatimu.
Di sana Irama Sejati bergema siang dan malam,
dan dengan mengikuti perintah Satguru,
engkau akan dapat mendengarnya.
Hanya Satgurulah yang memegang kuncinya,
tidak ada orang lain yang dapat membuka pintu itu.
Tanpa Satguru tidak ada yang dapat memperoleh Nam.
Begitulah hukum yang telah diwariskan oleh Tuhan.
PROSESI MENEMUI SANG MAHA PENCIPTA DALAM AGAMA BUDHA
Dalam sejarah agama Budha telah kisahkan Sang Sidharta Budha Gautama menjalani Laku Tapa Brata tanpa memperdulikan kebutuhan jasmaninya sehingga badannya menjadi kurus kering tidak terawat. Meditasi tersebut dilaksanakan di bawah sebuah pohon dekat sebuah sungai selama berbulan-bulan. Pada suatu saat datanglah seorang Tukang Perahu dengan bersyair ia berkata kepada Sang Budha :
“Jika dawai gitar ditarik dengan kencang
ia akan putus.
Jika dawai gitar dibiarkan kendor
maka ia tidak akan berbunyi”.
Setelah mendengar syair tersebut, Sang Budha kemudian meninggalkan kegiatan meditasinya dan pergi menuju ke sungai dan menggelamkan diri beberapa lama dan pada saat itulah ia mencapai pengalaman beremu dengan Sang Maha Pencipta.
PROSESI MENEMUI SANG MAHA PENCIPTA NABI ADAM AS
Dikisahkan bahwa Nabi Adam AS setelah turun ke bumi diperintahkan untuk bertobat dan mempersembahkan “Korban” agar mendapatkan ampunan dari Allah Swt. Setelah itu ia mempelajari Ilmu tentang Nama-nama yang telah diajarkan Allah sehingga pada akhirnya ia berhasil mendapatkan pengalaman bertemu dengan Sang Maha Pencipta.
PROSESI MENEMUI SANG MAHA PENCIPTA NABI NUH AS
Dikisahkan bahwa Nabi Nuh AS diselamatkan oleh Allah dengan sebuah bahtera dan berhasil berlabuh di sebuah gunung.
“Maka Kami bukakan pintu-pintu langit dengan (menurunkan) air yang tercurah. Dan Kami jadikan bumi memancarkan mata air-mata air untuk satu urusan yang sungguh telah ditetapkan. Dan Kami angkut Nuh ke atas (bahtera) yang terbuah dari papan dan paku. Yang berlayar dengan pemeliharaan Kami sebagai balasan bagi orang-orang yang diingkari (Nuh). Dan sesungguhnya telah Kami jadikan kapal itu sebagai pelajaran, maka adalah orang yang mau mengambil pelajaran?”. (QS Al Qamar 54 : 11 – 15)
“Sesungguhnya, tatkala “air” telah naik sampai ke gunung, Kami bawa kamu ke dalam “Bahtera”. Agar Kami jadikan peristiwa itu peringatan bagi kamu dan agar diperhatikan oleh telinga yang mau mendengar”. (QS Al Haqqah 69 : 11 – 12)
PROSESI MENEMUI SANG MAHA PENCIPTA NABI IBRAHIM AS
Dikisahkan Nabi Ibrahim setelah menghancurkan berhala-berhala kemudian ia pergi beruzlah ke dalam sebuah gua untuk mencari Tuhannya, kemudian ia menyaksikan bintang-bintang kemudian bulan dan matahari, dan terakhir dia beriman kepada Tuhannya. Kisah ini diabadikan dalam Al-Qur’an :
“Maka Kami tunjukan kepada Ibrahim Kerajaan Langit dan Bumi, agar dia termasuk orang yang memiliki ketentuan. Bila malam semakin gelap membentang di atasnya, dilihatnya sebuah Cahaya Bintang, dan berkata : “Inilah Tuhanku”. Kemudian bilamana Cahaya Bintang itu lenyap, maka ia berkata : “Aku tidak menyukai yang lenyap”.
“Dan ketika ia menyaksikan Cahaya Bulan muncul, dia berkata : “Indah Tuhanku”. Ketika Cahaya Bulan lenyap, dia berkata : “Sebelum Tuhan membimbingku, nasibku akan sama dengan orang-orang yang sirna menjadi abu”. Dan ketika dia menyaksikan Cahaya Matahari terbit, dia berkata : Inilah Tuhanku”. “Yang ini paling Agung”. Kemudian Cahaya Matahari itu terbenam, katanya : “Wahai kaumku, sungguh aku bebas dari dosa menyekutukan Tuhan. Sungguh aku telah memalingkan wajahku kepada-Nya yang menciptakan langit dan bumi”. (QS Al An’aam 75 – 79).
Berdasarkan ayat tersebut di atas, secara simbolis Allah menampakkan Cahaya-Nya yang bagaikan Cahaya Bintang, Bulan, Matahari, dan yang terakhir Cahaya yang terang tanpa warna dan tiada perumpamaannya. Pada tahap seperti Nabi Ibrahim mengalami puncak pengalaman Mi’raj Rohani yang tidak dapat diumpamakan dengan apapun, yang sering diistilahkan oleh para Ahli Tasawuf dengan istilah Fana dalam Dzat Tuhan. Para Arif billah ada juga yang menyebutnya dengan istilah “Amrun Dzauqy” (Urusan perasaan yang paling dalam). Dengan penuh kerendahan hati, mereka berkata pada dirinya “Man lam yadzud lam yadri”, artinya : “Siapay yang tidak merasa, tidak tahu”, “mayakruju baina syaitan illa isyarat wal itibar”, artinya : “Apa yang keluar dari buah bibir adalah hanya sekedar isyarat dan itibar”.
Prosesi Pencerahan Rohani Nabi Yusuf AS
Dikisahkan bahwa Nabi Yusuf AS dimasukan ke dalam lubang sumur yang gelap, dan ketika di dalam sumur tersebut Nabi Yusuf mendapatkan Wahyu dan pengalaman Mi’raj Rohani. Kisah ini terabadikan di dalam Al Qur’an :
“Yusuf berkata : “Wahai ayahku, aku melihat bintang-bintang, bulan dan matahari semuanya sujud/mendekat kepadaku”.
Ayah berkata : “Hai anakku, janganlah kamu ceritakan penglihatanmu itu kepada orang lain karena mereka akan mengingkarimu, dan akan membinasakanmu”. (QS Ysyf 12 : 4-5).
“… dan diwaktu Yusuf berada dalam sumur, maka Kami wahyukan kepadanya : ”Sesungguhnya jika kamu menceritakan pengalaman ini maka mereka tidak akan memperhatikannmu”. (Yusuf 12 : 15)
“Dan demikianlah Tuhanmu, memilih kamu untuk menjadi Nabi dan diajarkan-Nya kepadamu sebagian Rahasia-Nya dan sempurnakan-Nya nikmat-Nya kepadamu dan juga kepada Ya’kub, sebagaimana Dia telah menyempurnakan nikmat-Nya kepada dua orang bapakmu sebelum itu yaitu Ibrahim dan Ishak. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana”. (QS Yusuf 12 : 6)
Prosesi Pencerahan Rohani Nabi Yunus AS
Dikisahkan bahwa Nabi Yunus AS ditelah oleh ikan besar dalam keadaan bertaubat dan dalam keadaan tersebut ia mengalami Pencerahan Ruhani.
Kisah ini terabadikan di dalam Al Qur’an.
“Ketika ia beruzlah di kapal yang penuh muatan”. “Maka ia ditelah oleh ikan besar dalam keadaan bertobat”. Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah”, Niscaya ia akan tetap tinggal di dalam perut ikan sampai hari berbangkit”. (QS 37 : 140-143).
Prosesi Pencerahan Rohani Nabi Ayyub AS
Dikisahkan bahwa Nabi Ayyub AS beruzlah dari keluarga dan masyarakatnya, kemudian setelah ia mandi dengan air barulah ia mendapatkan pengalaman Mi’raj Rohani. Kisah ini diabadikan di dalam Al Qur’an :
“Dan ingatlah akan hamba Kami Ayyub ketika menyeru Tuhannya : “Sesungguhnya engkau diganggu syeitan dengan kepayahan dan siksaan”. Allah berfirman : “Hantamkanlah kakimu, inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum”. (QS Shaad 38 : 41 – 42).
Prosesi Pencerahan Rohani Nabi Daud AS
Dikisahkan dalam Al Qur’an bahwa Nabi Daud AS telah mendapatkan pengalaman Mi’raj Rohani setelah ia dapat menundukan Gunung-gunung dan burung-buru.
“….dan ingatlah hamba Kam Daud yang mempunyai kekuatan/ilmu; sesungguhnya dia amat taat kepada Tuhannya”.
“Sesungguhnya Kami menundukan gunung-gunung yang bersama pula burung-burung dalam keadaan terkumpul. Masing-masing taat kepada Allah”. (QS Shaad 38 : 17 – 19)
Prosesi Pencerahan Rohani Nabi Hud AS
Dikisahkan dalam Al Qur’an bahwa Nabi Hud menyeru kepada kaumnya agar bertobat supaya mendapatkan turunnya air hujan.
“Dan kepada kaum “Ad, kami utus saudara mereka Hud. Ia berkata : “Hai kaumku, sembahlah Allah sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Kamu hanya mengira-ngira saja selama ini dalam menyembah-Nya”.
“Dan dia berkata : “Hai kaumku, mohonlah ampunan kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan air hujan yang sangat deras atasmu, dan dia menambahkan kekuatan kepadamu dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa”. (QS Huud 11 : 50,52)
Prosesi Pencerahan Rohani Nabi Musa AS
Dikisahkan dalam Al Qur’an bahwa Nabi Musa belajar kepada Nabi Khaidir, setelah belajar Nabi Musa bermunajat di Gunung Thursina sampai akhirnya ia mendapatkan pengalaman Mi’raj Rohani di Gunung Thursin tersebut, begitu pula dengan para muridnya.
“Dan telah Kami janjikan kepada Musa untuk mendapatkan Wahyu sesudah berlalu waktu tiga puluh malam, dan Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan sepuluh malam lagi, maka semurnalah waktu yang ditentukan Tuhannya empat puluh malam.
“…dan berkatalah Musa : “Ya Tuhanku, perlihatkanlah wujud Engkau kepadaku agar aku dapat melihatmu”. Tuhan berfirman :”Kamu sekali-kali tidak dapat melihat-Ku, tetapi melihatlah ke bukit itu, maka jika posisi gunung itu seperti yang dahulu/tidak berubah, niscaya kamu dapat melihat-Ku. Tatkala Tuhan nampak di gunung itu, kejadian itu membuat gunung tersebut hancur luluh dan Musa jatuh pingsan. Maka setelah sadar kembali, dia berkata : “Maha Suci Engkau, akan bertaubat kepada Engkau dan aku sekrang akan beriman kepada Engkau”. (QS Al A’raaf 7 : 142 – 143).
“Musa berkata kepada kerabatnya :“Sesungguhnya aku telah melihat Api. Aku juga membawa kabar/petunjuka serta aku akan menunjuki Api itu kepadamu, agar kamu berdiang”. (QS An Naml 27 : 7).
“Maka tatkala Musa semakin dekat dengan Api itu diserulah dia dari arah pinggir Lembah Yang Diberkati, dari Sebatang Pohon Kayu Hijau yaitu : “Ya Musa, sesungguhnya Aku adalah Allah, Tuhan semesta Alam”. (QS Al Qashash 28 : 30).
“… maka tanggalkan kedua terompahmu sesungguhnya kamu berada di Lembah Suci Tuwa”.
“dan Aku telah memilih dirimu untuk-Ku, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan “Sesungguhnya Aku ini Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku”. (Thaahaa 20 : 12-14)
“Dari api itu pula ia disetu : “Bahwa telah diberkati orang-orang yang sangat dekat dengan Api itu dan juga orang-orang yang berada di daerah sekitarnya. Dan Maha Suci Tuhan Semesta Alam” (QS An Naml 27 : 8).
Secara simbolis telah dijelaskan di dalam Al Qur’an metode Pencerahan Ruhani yang telah dipraktekan oleh Nabi Musa, yairu :
“Hai Musa, perhatikan apakah yang ada di tangankamu?”. (QS Thaahaa 20 : 17).
Berkata Musa : “Ini adalah peganganku, aku bersandar padanya dan aku pukul kambingku dengannya dan bagiku masih banyak lagi yang aku perlukan daripadanya”. (QS Thaahaa 20 : 18).
“lalu diperlihatkannya pengangannya itu, maka tiba-tiba ia menjadi terbesar dengan cepat bagaikan ular yang merayap”.
Allah berfirman : “Peganglah ini erat-erat dan janganlah takut, karena Kami akan mengembalikannya dalam keadaan/kejadian semula”.
“Dan kepitkanlah tanganmu ke lehermu, niscaya ia akan menjadi Cahaya Putih Yang Cemerlang tanpa cacat, sebagai mijizat”. (QS Thaahaa 20 : 20-22).
‘Ulurkan tanganmu ke atas lehermu, niscaya akan keluar Cahaya Putih Yang Sempurna dan terus rapatkan kedua tanganmu bila kamu merasa takut. Maka yang demikian itu adalah dua mujizat dari Tuhanmu….”. (QS Al Qshash 28 : 32).
“Untuk kami perlihatkan kepadamu sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Kami yang sangat besar”. (QS Thaahaa 20 : 23).
“Dan ingatlah ia berkata : “Hai Musa, kami tidak akan beriman kepada Tuhanmu sebelum kami melihat Allah dengan nyata….”
(QS Al Baqarah 2 : 55).
“Dan Musa berkata kepada pengikutnya : “Bertaubatlah kalian kepada Tuhan yang menjadikan kamu dan bunuhlah dirimu. Hal itu adalah jalan terbaik bagimu disisi Tuhan yang menjadikannmu”.
“….kemudian kamu (para pengikut nabi Musa) disambar Cahaya Kilat, dan kamu menyaksikannya”. “Setelah itu kami bangkitkan kamu sesudah kamu mati, supaya kamu bersyukur”. (QS Al Baqarah 2 : 54-56).
“Dan telah Kami angkat ke atas kepala mereka Gunung Thursina sesuai dengan perjanjian mereka. Dan Kami perintahkan kepada mereka : “Masukilah Pintu Gerbangnya dengan sujud….” (QS An Nissa 4 : 154).
“dan ingatlah ketika Kami mengangkat Gunung Thursina ke atas mereka, dan bukit itu berubah bagaikan naungan awan dan mereka yakin bukit itu akan mendekati mereka. Dan kami katakana kepada mereka “ : Peganglah dengan teguh apa yang telah Kami berikan kepadamu, serta ingatlah selalu apa yang terlihat di dalamnya, supaya kamu menjadi orang-orang yang bertaqwa”. (QS Al A’raaf 7 : 171).
“Dan ingatlah ketika Musa memohon Air untuk para pengikutnya, lalu Kami berfirman : “Pukullah Gunung itu dengan penganganmu”. Lalu memancarlah dari padanya dua belas mata air ….” (QS Al Baqarah 2 : 60).
“Dan Kami naungi kamu dengan awan dan Kami turunkan kepadamu “Manna” dan Salwa”. Nikmatilah apa yang Kami berikan itu dengan sebaik-baiknya”. (QS Al Baqarah 2 : 57).
“….dan Kami wahyukan kepada Musa ketika kaumnya minta Air kepadanya : “Pukullah Gunung Itu dengan penganganmu!” “Maka memancarlah dua belas Mata Air. Sesungguhnya setiap orang mempunyai mata air masing-masing. Dan dinaungkan di atas mereka awan putih dan Kami turunkan kepada mereka “Manna” dan “Salwa”. Seraya Kami berfirman : “Nikmatilah apa yang kami rezekikan kepadamu dengan sebaik-baiknya”. (QS Al A’raaf 7 : 1160)
Prosesi Pencerahan Rohani Nabi Sulaiman AS
Dikisahkan dalam Al Qur’an bahwa Nabi Sulaiman yang telah menjadi Ahli berusaha mengajak orang muridnya yang bernama Ratu Bilqis dari Negeri Saba’, yang pada akhirnya berhasil mencapai Mi’raj Rohani dalamw aktu yang relatif singkat.
“Berkatalah Sulaiman “hai para pembesar/penasehatku siapakah diantara kamu sekalian yang sanggup membawa SingsanaNya kepadaku karena aku belum termasuk orang-orang yang berserah diri”. (QS An Naml 27 : 39).
“Berkatalah seorang yang mempunyai Ilmu Al Kitab : Aku akan membawa Singsana itu kepadamu dalam sekejap mata”. “Maka tatkala Sulaiman melihat Singsana kaca itu terletak dihadapannya, iapun berkata : “Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari ini”. (QS An Naml 27 : 40).
Di dalam Al Qur’an juga dikisahkan secara simbolis tentang proses perjalanan Ratu Bilqis mencapai Mi’raj Ruhani dengan tuntunan dari Nabi Sulaiman :
“Dikatakan kepadanya (Ratu Bilqis) : “Masuklah ke dalam Istana”. Maka tatkala dia melihat lantai Istana Kaca itu, dikiranya kolam Air yang besar berkilau dan disingkapkannya kedua betisnya”. Berkatalah ia : Sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku selama ini, dan aku saat ini berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan Semesta Alam. (QS An Naml 27 : 44).
Prosesi Pencerahan Rohani Ashabul Kahfi
Dalam Al Qur’an telah dikisahkan para pemuda yang beruzlah ke dalam sebuah Gua yang bernama Gua Kahfi untuk mendapatkan pengalaman Mi’raj Rohani di mana kisah tersebut diceritakan dalam bentuk ayat-ayat mutasbihat yaitu sebagai berikut :
“…bahwa orang-orang yang mendiami gua dan raqim termasuk tanda-tanda kekuasaan Kami yang mengagumkan”.
“Yaitu tatkala pemuda-pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua lal mereka berdoa : “Wahai Tuhan Kami berikanlah Rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan berikanlah Rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan berikanlah bagi kami Jalan Lurus dalam perjalanan ini”. (QS Al Kahfi 18 : 9-10).
“Maka kami tutup telinga mereka selama di dalam gua itu”.
(QS Al Kahfi 18 : 16-17)
“…dan (ketika) berlindung ke dalam gua itu, Tuhan melimpahkan sebagian Rahmat-Nya kepada mereka dan menyediakan “sesuatu” yang berguna dalam urusan mereka”.
“Dan kamu akan melihat Cahaya Matahari terbit dari sebelah kanan gua dan tenggelam di sebelah kiri gua mereka sedang mendapatkan “tempat Yang Luas” dalam gua itu. Itu adalahtanda-tanda Kebesaran Allah….”. (QS AL Kahfi 18 : 16 – 17).
Dan demikianlah Kami bengunkan mereka agar mereka saling bertanya/berdiskusi diantara mereka sendiri. Berkata seorang diantara mereka : “Susah berapa lamakah kamu berada di sini?”.
Mereka menjawab : “Kita berada di sini sehari atau setengah hari”. Berkata yang lainnya lagi : “Tuhan kamu lebih mengetahui berapa lamanya kamu berada di sini. Maka serulah salah seorang diantara kamu pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini dan hendaklah dia melihat manakah makanan yang lebih baik dan hendaklah di membawa makanan itu untukmu, dan hendaklah ia berlaku lemah lembaut/berhati-hati/waspada dan jangalah sekali-kali menceritakan perihalmu kepada seorangpun”.
“(Karena) sesungguhnya jika mereka dapat mengetahui tempatmu, niscaya mereka akan melempar kamu dengan batu dan memaksamu kembali kepada agama mereka dan jika demikian niscaya kamu tidak akan beruntung selama-lamanya”. (QS Al Kahfi 18 : 19-20)
Prosesi Pencerahan Rohani Nabi Isa AS
Dalam Injil dikisahkan tentang proses perjalanan nabi Isa dalam mencapai Mi’raj Rohani, yaitu ketika ia di baptis oleh Yohanes dengan cara ditengelamkan ke dalam sungai Yordan. Kisah ini diabadikan dalam Injil.
“Pada waktu itu datanglah Yesus/Isa dari Nasaret di tanah Galilea, dan dibaptis di sungai Yordan oleh Yohanes. Pada saat itu ia ditenggelamkan dalam air, ia melihat Langit terdekat terkoyak dan Roha Kudus seperti burung merpati putih turun di atas kepalanya. Lalu terdengarlah suara dari Surga : ‘Engkaulah Anak yang Kukasihi, kepadamulah Aku berkenan”. (Injil, Markus 1 : 9 – 11).
Di dalam Injil juga dijelaskan secara simbolis metode Mi’raj Ronai yang dipraktekan oleh Nabi Isa dan para pengikutnya :
“Apabila kamu hendak bersembahyang, masuklah ke kamar dalammu dan pintu-pintumu hendaknya dikunci, bersembahlah kepada Tuhanmu yang terlihat dan tersebunyi itu, kepadamu akan meluluskan (mensyahkan sembayangmu)”. (Injil, Matius 6 : 6).
“Tatkala mereka turun dari atas “Gunung” itu berpesanlah Yesus kepada mereka (para pewarisnya yang baru dibaptis) : Janganlah kamu mengatakan “Penglihatannmu” itu kepada seorang juapun sebelum manusia itu bangkit dari mati”. (Injil Matius 17 : 6).
“Yesus berkata : “Sesungguhnya aku berkata kepadamu, kalau kamu tiada berbalik seperti “bayi”, sekali-kali tiada kamu mampu masuk ke dalam Kerajaan Allah”. (Injil, Matius 18 : 3).
Sampai saat ini, di dalam ajaran Kristiani terdapat metode Mi’raj Rohani yang disebut Pembaptisan dengan cara diselamkan ke dalam kolam yang berisi air, yang dibimbing oleh seorang Pendeta di dalama sebuah gereja.
Di dalam Al Qur’an juga dikisahkan seacra simbolis proses Mi’raj Rohani dari seorang wanita Suci yang bernama Siti Maryam Ibu Kandung dari Nabi Isa As :
Dan tersebutlah kisah Maryam di dalam Al Qur’an, yaitu ketika menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebalah Timur”. (QS Maryam 19 : 16).
“Ketika akan melahirkan kandungannya ia merasa sakit dan memaksa ia bersandar pada Pangkal Pohon Korma, ia berkata : “Alangkah baiknya jika aku dapat mati saat ini sehingga aku dapat melupakan dan dilupakan seperti barang yang tidak berarti”.
“Maka Jibril menyerunya dari tempat rendah : “Jangalah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu akan menjadikan Anak Sungai di bawahmu”.
“Dan dekatkanlah pangkal Pohon Korma itu ke arah mukamu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah korma yang masak kepadamu”.
“Maka makanlah dan minumlah dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu bertemu dengan seorang manusia (dan bertanya tentang hal ini), katakanlah : “Sesungguhnya, aku telah berjanji kepada Tuhan Yang Maha Pemurah untuk berpuasa serta tidak akan berbicara pada hari ini dengan seorang manusiapun”. (QS Maryam 19 : 23 – 26).
Demikianlah kisah nabi Isa dan Siti Maryam dalam mendapatkan pengalaman Mi’raj Rohani menemui Cahaya Allah yang diabadikan dalam Al Qur’an dalam bentuk-bentuk kalimat Mutasyabihat.
Prosesi Pencerahan Rohani Nabi Muhammad Sebagai Nabi Penutup.
Proses pengalaman Mi’raj Rohani Nabi Muhammad SAW terjadi ketika beliau beruzlah di Gua Hira pada lereng Gunung Cahaya (Jabal Nur). Proses pencerahan Rohani beliau telah dikisahkan secara sim bolis sebagai berikut :
Pada malam 17 Ramadhan bertepatan dengan tanggal 6 Gustus 610 Masehi diwaktun Nabi sedang bertafakur di Gua Hira datanglah Jibril dan berkata kepada Nabi :”Bacalah”. dengan terperanjat Muhammad SAW menjawab : “Aku tidak dapat membaca”. Beliau lalu didekap beberapa kali oleh Jibril sehingga nafasnya sesak. Lalu dilepaskan olehnya seraya disuruh membaca sekali lagi “Bacalah” . Tetapi Muhammad SAW masih menjawa : “Aku tidak dapat membaca”. Begitu berulang kali dan akhirnya Muhammad SAW berhasil membaca Kitabullah pada malam itu.
Setelah peristiwa Mi’raj Rohani tersebut beliau pulang ke rumah dan kepada istrinya Siti Khadijah diminta untuk menyelimuti beliau. Para sahabat Nabi Muhammad SAW mendapatkan pengalaman Mi’raj Rohani dalam waktu yang singkat yaitu mereka dapat menamatkan Kaji Kitab Sejati dalam semalam, yang tentunya dibimbing oleh Nabi Muhammad SAW. Kisah tersebut dapat dilihat dalam sebuah hadits di bawah ini :
“Sayyidina Ali bin Abi Thalib bertanya kepada Nabi Muhammad SAW : “Ya Rasulullah, manakah Jalan/Tarekat yant sedekat-dekatnya kepada Allah dan semudah-mudahnya atas hamba Allah dan semulia-mulianya di sisi Allah?”.
Rasulullah SAW bersabda : “Ya Ali, engkau harus senantiasa berdzikrullah (Dhawamudzikri)”. Kemudian beliau melanjutkan : Ya Ali, Qiyamat tidak akan terjadi sampai tidak ada lagi di atas permukaan bumi orang yang mengucapkan Allah”.
Lalu Ali bertanya lagi kepada Rasulullah : “Bagaimana caranya aku berdzikir kepada Allah, ya Rasulullah?”. Maka Rasulullah bersabda : “Tutuplah inderamu dan dengarkanlah apa yang aku ucapkan”. Maka sejenak Rasulullah berdzikir : “La ilaahaillallah” tiga kali, dalam keadaan indera tertutup.
Kemudian Ali pada saat itu ikut berdizikir : “La ilaahaillallah”. Seperti yang dilakukan Rasulullah.
Dalam sejarah risalah Islam juga dikisahkan tentang pengajaran rahasia-rahasia keIllahi-an oleh Rasulullah yang diajarkan kepada para sahabat di dalam Baitullah, dan pengajaran ini bertujuan untuk menyaksikan Nur Allah yang diawali dengan menutup Pintu Hawa Nafsu. Proses tersebut dijelaskan oleh Rasulullah SAW secara simbolis dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Al Hakim dan Ya’al bin Syidad.
“Tatkala aku berada di sisi Rasulullah SAW, tiab-tiba beliau bertanya : “Adakah orang asing diantara kamu?” Lantas beliau memerintahkan supaya pintu ditutup, sesudah beliau masuk bersama beberapa sahabat lainnya. Menurut lafadz Bukhari dalam Kitab Shahih Bukhari tepatnya pada Bab “MENUTUP PINTU” telah dijelaskan bahwa Rasulullah SAW masuk ke dalam Baitullah kemudian beliau Menutup Pintunya ma’rifat dengan menghadap ke mana saja yang disukainya. Sanad hadits tersebut sampai Abdullah bin Umar :
“Rasulullah SAW telah memasuki Baitullah bersama dengan Usamah bin Zaid, Bilal dan Usman bin Abu Thalhah. Mereka Menutup Pintunya. Tatkala mereka telah Membuka Pintunya, sayalah orang yang pertama yang menjumpainya dan kutanyakan kepada bilal : “Apakah Rasulullah SAW telah Sahalat di dalamnya?” Bilal menjawan : “Ya benar,diantara Dua Tiang dengan arah ke Yaman”.
Imam Nawawi dalam Kitabnya yang berjudul Syarah Muslim juga menerangkan bahwa yang Menutup Pintu adalah Rasulullah sendiri dengan maksud supaya lebih tenang kalbunya dan lebih khusyu’ dalam menyaksikan Nur Allah dalam shalatnya ketika beliau berada di dalam Baitullah.
Dalam dunia Tarekat, Prosesi Menyaksikan Nur Allah dengan cara ujuh PiMenutup Tntu Hawa Nafsu sering disebut dengan istilah “Dzikir Penutup” atau “Dzikir Khatam”. Khusus untuk Tarekat Naqsyabandiyah, Dzikir Penutup ini lebih dikenal dengan istilah “Khatam Khawajakan”. Dalam sejarah Ilmu Tasawuf juga terdapat kisah seorang Sufi Besar yang bernama Syeikh Abdul Khaliq Al Ghadjuwani bin Al Imam Abdul Jalil yang menenggelamkan dirinya ke dalam air sambil menutup Tujuh Pintu Hawanafsunya ketika beliau ingin menyaksikan Nur Allah.
Begitu pula di Nusantara juga terdapat kisah para Wali Tanah Jawa yang menutupi Pintu Hawa Nafsu ketika mereka sedang melakukan Laku Musyahadah Nur Allah atau Laku Menyaksikan Nur Allah. Mereka itu antara lain Kyai adalah Wali Songo, Pangeran Diponegoro, Kyai Prana Jati, Kyai Kahfi, Kyai Hajar Padang, Kyai Bantar Jati, Kyai Ageng Nitiprana, Kyai Empu Penitis dan masih banyak lagi Para Wali yang melaksanakan praktek tersebut.
Praktek Menutup Pintu Inderawi dalam rangka untuk menyaksikan Nur Allah di Baitullah Sejati yang berada di setiap Qalbu orang Mukmin sebenarnya merupakan metode yang diwariskan dan dicontohkan oleh semua Para Nabi dan Rasul dan Para Pewarisnya tetapi metode tersebut lebih diperjelas dan disempurnakan oleh Nabi Muhammad Saw. sehingga beliau diberi gelar sebagai Nabi Penutup atau Khatam Al Anbiya. Makna hakekat dari Nabi Penutup adalah pertama, Nabi Muhammad Saw adalah Nabi yang menutup semua para Nabi, karena tidak ada lagi Nama Nabi sesudah Nabi Muhammad SAW. Kedua, Nabi Muhammad adalah seorang Nabi yang menyempurnakan Teknik atau metode Musyahadah kepada Nur Illahi, dengan cara menutup Pintu Hawa Nafsu yang dapat menghantarkan Ruhani Para Sahabat masuk ke dalam Baitullah Yang Sejati dalam waktu yang relatif sangat singkat. Hal ini terbukti ketika beliau berhasil mengkhatamkan kaji para Sahabat dalam waktunya hanya Satu Malam.
Metode atau teknik untuk Menyaksikan Nur Allah di dalam Baitullah Sejati dengan cara Menutup Pintunya, oleh Nabi Muhammad SAW secara rahasia telah diajarkan dan diwariskan hanya kepada para sahabat yang terpilih saja, yang kemudian terus diwariskan sampai saat ini secara rahasia, sehingga banyak umat Islam yang tidak mengetahuinya. Metode menutup Pintu tersebut pada awalnya sangat dirahasiakan sekali oleh Rasulullah SAW, sesuai dengan sabda beliau “janganlah engkau berikan Ilmu bermanfaat ini kepada orang yang tidak membutuhkan, karena hal ini adalah perbuatan Zalim. Tetapi janganlah engkau tidak berikan Ilmu bermanfaat ini kepada orang yang membutuhkan, hal itu juga adalah perbuatan Zalim”.(Al Hadits)
Para sahabat terpilih mempraktekkan metode Menutup Pintu tersebut, dengan sembunyi-sembunyi dan tidak terlihat oleh orang asing atau orang lain yang belum menerima metode tersebut sehingga wajar apabila banyak umat Islam pada saat itu yang tidak mengetahui metode untuk menyaksikan Nur Allah di Baitullah Sejati dengan cara Menutup Pintu yang diwariskan oleh Nabi Muhammad SAW.
Tetapi pada perkembangan selanjutnya, metode praktis menemui Allah tersebut diajarkan secara luas oleh para sahabat, dengan didasari dalil :
”Diceritakan oleh Abu Hurairah, ”Orang mengatakan, Abu Hurairah, paling banyak meriwayatkan hadits. Kalau tidaklah karena dua ayat dalam Al Qur’an, niscaya saya tidak akan meriwayatkan hadits. Kemudian dia membaca Surat Al Baqarah 2:159-160 : ”Sesungguhnya mereka yang menyembunyikan keterangan dan pimpinan yang Kami turunkan sesudah kami jelaskan kepada manusia dalam Kitab, mereka itu dikutuk oleh Allah dan oleh orang-orang yang turut mengutuk. Kecuali mereka yang tobat, mengadakan perbaikan, dan menjelaskan kembali keterangan-keterangan Allah; maka tobat mereka itu akan Ku-terima, Aku Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.”
”Lalu Abu Hurairah meneruskan, ”Saudara-saudara kita Para Muhajirin sibuk dengan perniagaan mereka di pasar-pasar, dan saudara-saudara kita kaum Anshar sibuk dengan urusan harta kekayaan mereka masing-masing. Tetapi saya selalu mengikuti Rasulullah ke mana-mana; di samping saya dapat memenuhi kebutuhan perut saya, saya pun dapat menghadiri ceramah-ceramah (pengajian-pengajian) Nabi yang mereka tidak dapat hadir, serta menghafal apa yang mereka tidak dapat hafal”. (HR Bukhari)
Tetapi yang sangat disesalkan adalah ketika mereka diberitahu, justru malah menolak dan memvonis bahwa ajaran Menutup Pintu tersebut adalah ajaran sesat. Mengenai hal ini, Rasulullah Saw. sudah memperkirakannya, yaitu dengan turunnya Firman Allah dalam Surat :
“Dan kamu mengira mereka itu bangunan padahal mereka itu tidur, dan Kami balik-balikan mereka ke kanan dan ke kiri, sedang anjing mereka menjulurkan kedua lengannya ke muka pintu gua. Dan jika kamu menyaksikan mereka, tentulah kalian akan berpaling dari mereka dengan melarikan diri dan tentulah hati kamu akan dipenuhi dengan ketakutan (tanda Tanya) terhadap mereka”. (QS Al Kahfi 18 : 18)
“Saya hafal dua kitab hadits. Yang satu kitab telah saya siarkan, sedangkan yang satu kitab lagi kalau saya siarkan niscaya dipotong orang leherku “. ( HR Bukhari)
“…….. janganlah sekali—kali menceritakan hal ini kepada seorangpun”. (QS Al Kahfi 18 : 19)
“……... janganlah kamu ceritakan hal itu kepada saudara-saudaramu, karena mereka akan menganiaya dirimu ……” (QS Yusuf 12 : 5)
“Sesungguhnya jika mereka dapat mengetahui perihalmu, niscaya mereka akan melempar kamu dengan batu (mencaci maki) atau memaksamu kembali kepada keyakinan mereka, dan jika demikian niscaya kamu tidak akan beruntung untuk selama-lamanya”. (QS Al Kahfi 18 : 20).
Demikianlah beberapa kisah Para Nabi, Para Rasul, Para Tokoh Agama, Para Pelaku Pencerahan Rohani yang tercatat dalam Kitab-kitab Suci dan dalam sejarah keagamaan umat manusia. Dari beberapa kisah simbolis tersebut, sebenarnya dapat ditarik kesimpulan yang sama, yaitu :
1. Prosesi Menemui dan Menyaksikan Nur Allah, di awali dengan beruzlah atau mengasingkan diri dari keramaian Hawa Nafsu dunia dan lahiriah.
2. Prosesi Pencerahan Rohani Untuk Menemui dan Menyaksikan Nur Allah, selalu diawali dengan proses mematikan fungsi-fungsi Inderawi dengan berbagai macam simcol-simbol lakunya.
3. Prosesi Pencerahan Rohani Untuk Menemui dan Menyaksikan Nur Allah, yang dikisahkan dalam Kitab-kitab Sucinya, selalu menggunakan istilah : “Menutup Pintu”, “Memegang Gunung”, “Menenggelamkan diri ke dalam air”, “Beruzlah ke dalam Goa”, “Berkorban”, “Naik ke atas Gunung”, dan lain sebagainya, yang semua itu mempunyai makna simbolis yang berkaitan dengan Proses Mematikan Tujuh Pintu Hawa Nafsu